Surabaya, Oktober 2019 – Rujak cingur merupakan salah satu makanan tradisional yang tak pernah lekang oleh waktu. Makanan perpaduan dari sayuran, buah-buahan, dan cingur ini menjadi sajian yang memiliki cita rasa yang khas. Rujak cingur mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama di daerah asalnya, Surabaya. Di setiap sudut kotanya, bisa dipastikan terdapat warung yang menjual rujak cingur. Salah satunya adalah Marmila. Perempuan paruh baya yang sudah lebih dari 25 tahun menjalani usaha kuliner khas Kota Pahlawan satu ini. Marmila merupakan pemilik usaha kuliner Rujak Cingur Bu Mella. Bahkan, rujak cingur buatannya menjadi salah satu menu kegemaran yang cukup viral di kalangan para pecinta kuliner.
Hal itu dikarenakan keistimewaan dari Rujak Cingur Bu Mella yang memiliki porsi jumbo. Satu porsi rujak cingur ini cukup untuk dimakan 2 – 3 orang. Selain itu, perempuan yang akrab disapa Bu Mella ini mengatakan bahwa racikan rujak cingur miliknya berbeda dengan rujak-rujak lainnya. Bu Mella mengaku tidak pelit meracik bumbu maupun bahan pelengkap untuk rujak cingurnya. “Saya kalau jualan rujak ndak eman (tidak sayang) sama bumbu dan cingurnya. Saya kasih banyak,” tuturnya. Selain itu, petis yang digunakan pun ada dua jenis, yaitu petis udang dan petis hitam Madura. “Selera pedasnya juga sesuai permintaan, bisa sampai belasan cabai,” imbuhnya.
Bu Mella menceritakan, ia mulai berjualan rujak cingur sejak kepulangannya setelah menjadi TKI di luar negeri. Sebelumnya, ia sempat berjualan nasi, tetapi kemudian lebih memilih untuk berjualan rujak cingur, karena pembuatannya yang cukup mudah. Saat itu, harga satu porsi rujak cingur masih berkisar Rp7.500. Terpaut jauh jika dibandingkan dengan harga sekarang. “Naiknya bertahap. Dari Rp7.500 ke Rp15.000 ke Rp25.000, naik lagi ke Rp35.000, kemudian Rp55.000 dan sekarang Rp60.000,” ujarnya.
Namun demikian, hingga saat ini, Bu Mella masih harus melewati jatuh bangun dalam menjalani usahanya. Rujak Cingur Bu Mella sempat viral di media sosial karena harga yang dipatok dinilai mahal. Saat itu, ia masih berjualan di pinggir jalan Raya Wiguna Timur.
“Nah, waktu jualan di situ ada pembeli yang mengendarai kendaraan berplat luar kota Surabaya. Mereka berempat, makan rujak cingur dan minum es Manado. Setelah mereka selesai makan, mereka membayar dan pergi. Tapi tidak lama kemudian, mereka kembali lagi dan menanyakan harga makanan yang mereka makan tadi. Sepertinya mereka tidak terima dengan harga yang saya beri. Saat mereka datang menanyakan itu ternyata mereka merekamnya, dan kemudian video rekaman itu tersebar di media sosial,” jelasnya. Akibat ulah pembeli ini, rujak cingur Bu Mella kemudian viral karena katanya harganya yang tidak wajar. Padahal, memang harga yang dipatok Bu Mella tidak pernah berubah.
Saking banyaknya yang memperbincangkan kejadian itu di media sosial, warung Rujak Cingur Bu Mella sempat didatangi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkot Surabaya untuk mengecek langsung kelayakan makanan yang ia jual. Bahkan juga menyuruh Bu Mella untuk menutup sementara usahanya demi menghindari teror yang datang bertubi-tubi.
Namun kemudian, pihak Pemkot Surabaya justru menjanjikan Bu Mella tempat berdagang yang lebih layak. Apalagi setelah spanduk dan bahan dagangannya dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. “Pas ramai-ramainya pemberitaan itu, saya tetap ingin buka, padahal anak saya sudah melarang. Ternyata gerobak jualan, meja, pisang kelutuk, gelas-gelas sudah dibuang di kali. Akhirnya, Bu Lurah menyarankan untuk pindah tempat jualan, karena katanya rujak Bu Mella sedang santer disorot media,” kenangnya.
Akhirnya, warung Rujak Cingur Bu Mella berpindah lapak jualan di halaman rumah kosong. Tetapi, kalau sudah rezeki memang tidak akan kemana-mana. Setelah pindah, Rujak Bu Mella semakin ramai. “Saya belum datang sudah banyak yang antri. Saking ramainya justru dikomplain oleh warga. Akhirnya, Rujak Cingur Bu Mela diarahkan ke sentra wisata kuliner. Alasannya, kalau ditaruh di sentra kuliner dapat menarik pembeli untuk lapak yang lainnya juga,” katanya.
Walaupun berpindah-pindah tempat jualan, Rujak Cingur Bu Mella tak pernah sepi pembeli. Rujak Cingur Bu Mella sudah cukup diminati sejak lama. Tetapi karena antrian yang penuh dan waktu menunggu yang tidak sebentar, tidak jarang banyak pengunjung yang tidak sabar. Setelah resmi menghuni Sentra Wisata Kuliner Raya Gunung Anyar Sawah, Bu Mella bergabung dengan GrabFood. Menurut Bu Mella, GrabFood sangat membantu membuat antrian yang dulunya penuh dengan pengunjung, kini dipenuhi oleh mitra pengemudi GrabFood yang dapat membelikan makanan untuk para pelanggannya yang mungkin tidak memiliki waktu banyak untuk menunggu dan mengantri. Selain itu, antrian yang ada di Rujak Cingur Bu Mella juga menjadi jauh lebih teratur.
Semenjak bergabung dengan GrabFood, Bu Mella mendapatkan banyak keuntungan. Rujak cingurnya semakin dikenal banyak orang dan pelanggannya bertambah. Dalam kesehariannya, pelanggan Bu Mella masih kebanyakan berasal dari pelanggan yang datang langsung, namun kini pelanggannya juga meluas ke pengguna layanan GrabFood. Selama menekuni profesinya, Bu Mella tidak pernah menghitung berapa banyak porsi rujak cingur yang berhasil ia jual, begitu juga mengenai omzet penjualannya karena ia memiliki prinsip sedikit maupun banyak, yang penting ada pemasukan.
Tidak banyak yang mengetahui, di balik kisah viral Rujak Cingur Bu Mella, ibu satu anak ini juga dianggap sebagai seorang superwoman oleh keluarganya karena perjuangannya dalam mencari nafkah. Bu Mella setia berjualan dengan gigih demi biaya pengobatan suaminya yang sejak 6 tahun lalu mengidap gagal ginjal. Sehingga mengharuskannya rutin melakukan cuci darah setiap dua kali seminggu. “Namanya usaha, dijalani aja lika-likunya, ramai sepi tetap disyukuri. Yang penting sehat, karena harus menanggung biaya pengobatan suami. Kerja itu, sedikit banyak yang penting dapat uang,” ujarnya.
Bu Mella juga bercita-cita ingin membuka warung cabang rujak cingurnya. Tidak pernah terlintas di benak pikirannya untuk berganti menu jualan. “Ini sudah sangat cocok dengan saya,” imbuhnya.
Bu Mella adalah satu dari 5 juta wirausahawan mikro yang tergabung dalam platform Grab di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics di tahun 2018, mitra Today, food delivery has become yang bergabung dengan GrabFood rata-rata melihat peningkatan penjualan sebesar 25% dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp11 juta/bulan.