Medan, Oktober 2019 – Rabiatul Adawiyah tak pernah membayangkan Grab membawa hidupnya sampai ke titik saat ini. Selesai menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan, perempuan berusia 30 tahun ini masih menginginkan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Saat itu, Rabiatul bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Medan. Ia memiliki penghasilan yang cukup, namun keinginannya untuk kuliah lagi membuat Rabiatul perlu mencari tambahan pemasukan guna memenuhi uang pendaftaran dan biaya kuliah lainnya.
“Saya sempat mencoba jualan online, tetapi karena tidak berbakat akhirnya gagal. Teman saya lalu menyarankan untuk menjadi mitra GrabCar. Lalu saya coba mulai akhir 2017 untuk bergabung dengan Grab,” ujarnya.
Lalu, di akhir tahun 2017 Rabiatul memutuskan untuk bergabung dengan Grab. Ia mengaku beruntung bisa bergabung menjadi mitra pengemudi GrabCar karena akhirnya mampu menyelesaikan pendidikan Diploma IV-nya dengan IPK nyaris sempurna 3,93 tanpa bantuan uang dari orang tuanya. Perempuan pekerja keras ini bermimpi ingin melanjutkan kuliah sampai ke jenjang magister, sekali lagi tanpa bantuan orang tua.
Setelah bergabung dengan Grab selama beberapa bulan, Rabiatul mampu mengumpulkan uang cukup besar yang dapat menutupi biaya pendaftaran untuk melanjutkan kuliahnya, bahkan ia mendapatkan lebih dari cukup yang dipakainya untuk membeli berbagai kebutuhan dirinya. Setelah ia melihat bahwa penghasilan dari menjadi mitra GrabCar cukup besar, akhirnya Rabiatul memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah sakit dan memutuskan untuk sepenuhnya nge-Grab.
“Saya mendapatkan paling minimal Rp300.000 bersih setiap harinya, paling besar bisa sampai Rp700.000. Saya cuma berhenti kalau sedang makan ataupun sholat. Makanya saya sering dijuluki “Ratu Ngebid” sama rekan-rekan driver lainnya,” ujarnya.
Rabiatul mengatakan sering ditanya oleh rekan-rekan mitra GrabCar lainnya tentang tips untuk mendapatkan penghasilan yang besar setiap harinya. Cerita lucu namun menyedihkan, karena terlalu bersemangat bekerja sebagai mitra GrabCar, Rabiatul mengaku pernah diputuskan oleh kekasihnya karena kekasihnya merasa kurang diperhatikan.
“Saya sudah berusaha membagi waktu untuk pacar saya setidaknya bertemu seminggu sekali, tetapi dia inginnya lebih. Maunya dia berkabar setiap hari, telpon atau berkirim pesan. Saya enggak bisa kalau begitu karena, handphone saya cuma satu, itupun dipakai untuk bekerja. Setiap kali dia nelpon tentu mengganggu saya bekerja. Akhirnya kami putus, ya mungkin itu jalan yang terbaik,” pungkasnya.
Rabiatul mengatakan, di awal, tantangan tidak hanya datang dari kekasih saja, keluarga juga sempat merasa malu karena Rabiatul menjadi mitra pengemudi GrabCar. Ibunda Rabiatul pernah mengingatkan bahwa ia merasa malu karena anak perempuannya memilih menjadi mitra GrabCar padahal ayahnya seorang hakim di salah satu salah satu pengadilan agama. Namun, Rabiatul berusaha menjelaskan secara pelan-pelan kepada keluarga.
“Awalnya memang keluarga keberatan, tetapi setelah mereka paham yang saya jelaskan mereka sekarang justru balik mendukung. Yang penting aku bekerja secara halal. Ayah sekarang rajin untuk mengingatkan agar hati-hati di jalan, tidak lupa istirahat. Pokoknya lebih perhatian sekarang,” ujarnya.
Cerita indah memang tidak selalu didapatkan oleh Rabiatul saat bergabung sebagai mitra pengemudi GrabCar. Dia mengaku pernah beberapa kali digoda oleh penumpang pria.
Rabiatul mengaku tidak kapok kendati pilihannya menjadi mitra pengemudi GrabCar juga tidak mudah untuk dilakoni. Untuk itu, dia berharap Grab lebih memberikan perhatian terhadap mitra pengemudi perempuan. Dia juga merasa terbantu dengan berbagai fitur keamanan yang dihadirkan Grab seperti penyamaran nomor telepon pribadi dan juga fitur bagikan lokasi perjalanan.
“Saya melihat di lapangan, penumpang lebih nyaman saat bertemu dengan mitra pengemudi perempuan,” tukasnya.
Rabiatul berpesan untuk para perempuan yang mungkin tertarik bergabung menjadi mitra GrabCar ataupun yang sudah bergabung agar tidak lemah dan manja saat bekerja. Rabiatul mengaku juga pernah merasa lelah ataupun sakit saat lelah bekerja. Namun, dia mengesampingkan itu semua untuk mengejar mimpinya.
“Saya cengeng sebenarnya, awalnya juga moody saat bekerja. Namun, itu semua tidak membuat saya lebih baik, justru saya tidak maksimal saat bekerja. Saya pikir perempuan bisa lebih baik saat bekerja bahkan dari laki-laki. Buktinya saya bisa melebihi pencapaian teman-teman pengemudi yang lainnya,” tutupnya.
Rabiatul bersama puluhan ribu perempuan mitra pengemudi Grab di Asia Tenggara menunjukkan bagaimana sebuah teknologi mampu mengubah hidup mereka. Sesuai dengan kampanye #GrabForGood yang mendorong teknologi yang dipakai Grab memainkan peranan penting dalam memberdayakan para wanita untuk memenuhi harapan, ambisi, dan mimpi mereka. Untuk semua mitra pengemudi, dan khususnya wanita, platform teknologi mobile yang digunakan Grab tidak hanya menyediakan keleluasaan, tetapi juga menghadirkan rasa damai bagi penggunanya.